Di antara kita dan para pembaca sekalian mungkin sudah belasan bahkan puluhan kali berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dari Ramadhan satu ke Ramadhan berikutnya adakah kita merasakan perbaikan kualitas diri kita? Mungkin sudah saatnya kita menimbang-nimbang dari Ramadhan yang telah kita lewati tersebut sudahkah kita isi dengan memperbanyak ketaatan kepada Allah SWT. Ataukah hanya kita lalui begitu saja tanpa arti?
Kalau kita memperhatikan keadaan di sekeliling kita saat bulan Ramadhan tiba, sering timbul perasaan prihatin. Betapa tidak, karena semakin banyak orang yang secara terang-terangan makan dan minum di pinggir jalan atau “sekedar” menghisap rokok, berbicara ngalor-ngidul (kesana-kemari) tiada arti, mempertontonkan aurot, pacaran dengan alasan menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain. Padahal sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 :
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky ãNä3YÏB tök¤¶9$# çmôJÝÁuù=sù ( `tBur tb$2 $³ÒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& 3
ßÌã ª!$# ãNà6Î/ tó¡ãø9$# wur ßÌã ãNà6Î/ uô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur crãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan kemuliaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka semua pintu surga, menutup semua pintu neraka dan membelenggu para setan. Dengan begitu kaum muslimin diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melaksanakan amal shalih terutama berpuasa. Oleh karena itu, Ramadhan identik dengan shaum atau puasa. Puasa sendiri berarti menahan diri. Bukan hanya menahan diri dari makan dan minum tetapi juga dari hawa nafsu dan sekaligus menyeimbangkannya. Dan juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan jelek. Tujuan mulia lainnya adalah menggugah kepedulian terhadap kaum miskin, menyumbat jalan-jalan setan dalam tubuh karena jalan makan dan minum disempitkan, dan menstabilkan anggota tubuh agar tidak liar.
Jelaslah bahwa puasa memberikan dampak yang luar biasa bagi penjagaan diri baik lahir maupun batin.Juga “mengimunisasi” tubuh dari zat-zat yang merusak dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Inilah faktor yang terpenting untuk meraih ketakwaan, seperti yang termaktub dalam Qur’an Surat Al-baqarah ayat 183, yang sudah sering kita dengar.
Begitu banyak ayat-ayat Al Qu’an dan hadits-hadits shahih yang menjelaskan bagaimana Nabi berpuasa, dan juga amalan-amalan lain yang menghasilkan pahala yang berlipat seperti sholat tarawih, membaca dan mempelajari Al Qur’an, i’tikaf dan zakat.
Maka mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai sarana mendulang pahala untuk bekal kita kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar